[ujaran.com] — Anda tahu bagaimana tabiat "anak kecil" jika kalah bermain ? Atau, anda tahu dalam filem-filem laga jika penjahat kalah dalam pertempuran ?
Ya, anak kecil taunya menang dan hanya mau menang. Penjahat bahkan mengubah permainannya dengan cara main kayu, main kasar, menghalalkan segala cara. Yang penting menang. Begitulah permisalannya.
1⃣ Kalah telak di Ibu Kota, ubah permainannya : pindahin saja ibu kotanya.
2⃣ Kalah perang 2 : 0 di dunia maya dan pengadilan, ubah permainannya : serang dan kriminalisasi ulama dan tokoh-tokohnya.
3⃣ Kalah diskusi, gak mungkin menang jika dialog dengan ormas yang dituduh radikal, ubah permainannya : lakukan persekusi, ganggu kegiatannya, halangi aktifitasnya.
4⃣ Gagal menjerat ormas Islam dengan UU Ormas, ubah permainannya : terbitkan Perppu Pembubaran Ormas rasa diktator.
5⃣ Kalah di semua polling media survey, ubah permainannya : hapus semua jejak polling, lalu lakukan polling lagi dan lagi. Pokoke sampai menang.
6⃣ Merasa pasti akan kalah di persidangan dan jalur hukum, ubah permainannya : bacok saksi ahlinya.
7⃣ Merasa akan terbongkar skenarionya, begitu tertangkap pelaku pembacokan, ubah permainannya : serang keluarga korban, tuduh dan lempar fitnah, framming via media.
8⃣ Ngotot nanya dalil, sudah dijawab. Ternyata kalah berdalil dalam diskusi langsung di televisi, ubah permainannya : kita debatnya diluar saja.
9⃣ Dilaporkan ke pihak berwajib dengan pasal menebar kebencian ala "ndeso", ubah permainannya : tangkap dan tahan pelapornya.
๐ Kalah perang opini di dunia maya, ubah permainannya : blokir telegram, ancam blokir facebook, youtube dan media social yang ada.
Bahkan, anak kecil pun tidak sebegitu konyolnya. Tidak sebegitu arogannya. Tidak sebegitu ngototnya. Tidak sebegitu kelakuannya. Memalukan, memalukan, memalukan...!
Scrool ke bawah untuk berita, info, artikel, unik dan seru lainnya di ujaran.com
Thanks for reading & sharing Ujaran
0 comments:
Post a Comment