Home » , » Proxy War Cina di Indonesia

Proxy War Cina di Indonesia

Posted by Ujaran on Thursday, August 10, 2017

politik, proxy, war, cina, china, tiongkok, pilkada, meikarta

[ujaran.com] — Secara politik, Pilkada DKI Jakarta Tahun 2017 menunjukkan bagaimana hegemoni di politik Indonesia sebagai bagian dari oligarki politik. Dominasi Ahok dengan langkahnya, dan terbuka didukung oleh taipan reklamasi menunjukkan adanya indikasi secara politik Cina ingin berkuasa. Di bidang ekonomi, 100 konglomerat yang menguasai 55% aset Indonesia atau yang lebih tragis, 4 konglomerat asetnya setara dengan 100 juta orang miskin di Indonesia (OXFam).

Keberadaan negara Cina dan China’s overseas (Cina perantauan) terlihat dari rencana pembangunan reklamasi, didahului dengan Keputusan Presiden tentang Kepemilikan Properti oleh pihak Asing. Lihat bagaimana Luhut Binsar Panjaitan (LBP) sebagai Menko Bidang Kemaritiman memaksakan reklamasi dilanjutkan, sementara Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta terpilih menyatakan menolak kelanjutan reklamasi.

Berikutnya, pembangunan Kota Meikarta (500 hektare di Cikarang Bekasi Jawa Barat dengan 289 tower dan menelan biaya Rp 278 triliun) ditolak oleh Wakil Gubernur Jawa Barat, Deddy Mizwar. Lippo kemudian menjawab penolakan itu dengan mengiklankan rencana pembangunan Meikarta di beberapa media nasional secara “nyeleneh”, dan iklan pun menelan uang triliunan rupiah. Ini seolah melecehkan keberadaan Deddy Mizwar sebagai wakil gubernur Jawa Barat yang juga kandidat terkuat Gubernur Jawa Barat.

Konglomerat yang mendukung Ridwan Kamil, tentu tidak berkenan dengan Deddy Mizwar yang menyatakan bahwa sejak awal pembangunan kota Meikarta belum ada izin. Hal ini secara politis akan meramaikan kasus Pilkada Jawa Barat Tahun 2018 nantu, mudah-mudahan tidak eskalatif seperti kasus  Ahok di Pilkada DKI 2017. Sudah terjadi konflik mengenai hal ini dengan warga Cikarang (Cibatu) di lokasi Kota Meikarta.

Baca juga: Meikarta, Proyek Kudeta Negara?

Berikutnya, narkoba dari Cina yang dimanfaatkan oleh mafia narkoba melihat Indonesia bersahabat dengan Cina, dimulai dengan politik visa yang bertujuan untuk pariwisata tapi berbuntut masuknya narkoba dan migrasi besar-besaran tenaga kerja Cina.

Sebagai negara terbesar dengan jumlah penduduknya (1,3 miliar jiwa), Cina tentu memiliki strategi migrasi untuk rakyat yang dianggap tidak produktif agar tidak menjadi beban bagi pemerintah. Dalam hal narkoba, kita ingat ‘perang candu’. Budi Waseso, Kepala BNN (Badan Narkotika Nasional) menyatakan bahwa ada 250 ton narkoba di Indonesia, sebagian besar dari Cina, sehingga Indonesia darurat narkoba.

Baru-baru ini kita juga dikejutkan dengan dibangunnya patung Dewa Kwang Sing Tee Koen di Tuban yang dikenal sebagai Kota Wali.

Tidak patut kita memuja pahlawan dari negara lain, sementara kita tidak menempatkan pahlawan yang berkorban nyawa pada tempatnya. Celakanya, patung tersebut sudah diresmikan oleh Ketua MPR-RI, Zulkifli Hasan pada 17 Juli 2017 lalu.

Saat ini oleh berbagai elemen masyarakat, patung tersebut diminta dirobohkan. Sementara Monumen Poh An Tui di Taman Mini Indonesia Indah juga menjadi sasaran kemarahan rakyat. Poh An Tui laskar etnis Cina binaan KNIL (Koninklijke Nederlands-Indische Leger/Tentara Kerajaan Hindia Belanda) berkhianat pada NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), kok malah dibuatkan monumennya?

Proxy War Cina di Indonesia harus diwaspadai karena ekonomi dikuasai oleh etnis Cina. Secara kenegaraan utang dari Cina saat ini mencapai Rp 206 triliun (Mei 2017). Jika gagal bayar, tentu kita akan mengalami seperti negara Angola, Zimbabwe dan Sri Lanka. Saat ini Cina sebagai negara pemberi utang terbesar ketiga setelah Singapura (sebesar USD 52.447 miliar) dan Jepang (sebesar USD 30.656 miliar), namun jumlahnya saat ini (2017) meningkat 2 kali lipat setelah pemerintahan Joko Widodo (mulai 2014).

Pertanyaan besarnya, apakah utang dan keberadaan Cina di Indonesia berkah atau musibah, tidak dapat kita serahkan sepenuhnya pada pemerintahan Joko Widodo?

Rakyat Indonesia berhak mengetahui dan menganalisa apakah ini menjadi berkah atau musibah.



Disalin dari Nusantara News,  6 Agustus 2017 oleh Eddy Junaidi

Scrool ke bawah untuk berita, info, artikel, unik dan seru lainnya di ujaran.com

Thanks for reading & sharing Ujaran

Previous
« Prev Post

0 comments:

Post a Comment